Sinar Banten. Com -
Oleh: _Shri Danu DP_
*Om Swastyastu*
"Orang hanya akan bertobat
kalau telah benar-benar insyaf. Pertobatannya inilah yang akan meruntuhkan tembok kegelapan batinnya". (Anonymous, 010706-12)
Alangkah butanya, kalau kita tak bisa melihat, jangankan diantara orang-orang yang menganut agama yang berlainan, diantara mereka yang seagama saja sudah terjadi perpecahan dan saling tuduh sebagai sesat, hanya lantaran kefanatikan mereka atas tafsir masing-masing, yang mereka rumuskan sendiri itu?
Yang sebetulnya mereka pertahankan bukanlah kebenaran, melainkan pembenaran atas tafsir mereka. Tafsir mereka sendiri itulah yang mereka fanatiki, dan yakini sebagai satu-satunya kebenaran. Yang seperti inikah yang disebut dengan keimanan?
Pada sisi lain, sangat boleh jadi kalau tak seorangpun diantara mereka yang memborong kebenaran bagi kelompoknya sendiri itu yang benar-benar pernah ‘bersaksi’ akan Kebenaran Itu Sendiri, seperti yang secara verbal pernah mereka ucapkan. Bila memang demikian adanya, apakah kebenaran yang mereka klaim dan borong itu memang kebenaran seperti apa adanya? Kalau menyaksikan tindakan-tindakan anarkis kesetanan mereka, tidak sama-sekalikah ada kemungkinan kalau apa yang mereka yakini sebagai benar selama ini malah hanya ‘bisikan Setan’?
Kebenaran tak butuh pembenaran; Kebenaran-pun tak perlu dibela. Kebenaran akan selalu membela Dirinya Sendiri, bahkan melindungi yang berlindung di bawah-Nya. Hanya mereka yang sudah dibutakan dan ditulikan oleh kesombongan, ketakaburan dan kepongahannya sendirilah, mengangkat diri mereka sendiri sebagai pembela Kebenaran.
Bagi merekalah sebetulnya bertobat dan mohon ampunan-Nya tak bisa ditunda-tunda lagi. Tapi mungkinkah yang merasa benar, bahkan berlagak sebagai pembela Kebenaran akan sudi bertobat? Panggangan api dan rendaman lumpur neraka sekalipun, agaknya tak mampu membuat mereka bertobat dan memohon ampunan-Nya.
Semoga Cahaya Agung-Nya segera menerangi hati mereka dan kita semua.
Semoga kedamaian dan kebahagiaan menyusupi kalbu semua insan.
*Om Santih Santih Santih Om*
Bali, Purwani ning Purnama Jyesta, Sabtu, 19 April 2008.
*Om Swastyastu*
"Orang hanya akan bertobat
kalau telah benar-benar insyaf. Pertobatannya inilah yang akan meruntuhkan tembok kegelapan batinnya". (Anonymous, 010706-12)
Alangkah butanya, kalau kita tak bisa melihat, jangankan diantara orang-orang yang menganut agama yang berlainan, diantara mereka yang seagama saja sudah terjadi perpecahan dan saling tuduh sebagai sesat, hanya lantaran kefanatikan mereka atas tafsir masing-masing, yang mereka rumuskan sendiri itu?
Yang sebetulnya mereka pertahankan bukanlah kebenaran, melainkan pembenaran atas tafsir mereka. Tafsir mereka sendiri itulah yang mereka fanatiki, dan yakini sebagai satu-satunya kebenaran. Yang seperti inikah yang disebut dengan keimanan?
Pada sisi lain, sangat boleh jadi kalau tak seorangpun diantara mereka yang memborong kebenaran bagi kelompoknya sendiri itu yang benar-benar pernah ‘bersaksi’ akan Kebenaran Itu Sendiri, seperti yang secara verbal pernah mereka ucapkan. Bila memang demikian adanya, apakah kebenaran yang mereka klaim dan borong itu memang kebenaran seperti apa adanya? Kalau menyaksikan tindakan-tindakan anarkis kesetanan mereka, tidak sama-sekalikah ada kemungkinan kalau apa yang mereka yakini sebagai benar selama ini malah hanya ‘bisikan Setan’?
Kebenaran tak butuh pembenaran; Kebenaran-pun tak perlu dibela. Kebenaran akan selalu membela Dirinya Sendiri, bahkan melindungi yang berlindung di bawah-Nya. Hanya mereka yang sudah dibutakan dan ditulikan oleh kesombongan, ketakaburan dan kepongahannya sendirilah, mengangkat diri mereka sendiri sebagai pembela Kebenaran.
Bagi merekalah sebetulnya bertobat dan mohon ampunan-Nya tak bisa ditunda-tunda lagi. Tapi mungkinkah yang merasa benar, bahkan berlagak sebagai pembela Kebenaran akan sudi bertobat? Panggangan api dan rendaman lumpur neraka sekalipun, agaknya tak mampu membuat mereka bertobat dan memohon ampunan-Nya.
Semoga Cahaya Agung-Nya segera menerangi hati mereka dan kita semua.
Semoga kedamaian dan kebahagiaan menyusupi kalbu semua insan.
*Om Santih Santih Santih Om*
Bali, Purwani ning Purnama Jyesta, Sabtu, 19 April 2008.
Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Sejenak Untuk Berkunjung ke SINAR BANTEN , Semoga Bisa Bermanfaat Untuk Umat Semua Dimanapun Berada .
www.hindubanten.com ConversionConversion EmoticonEmoticon