UPACARA MEDIKSA
Menjadi Sulinggih merupakan hal yang sangat membahagiakan dan Upacara Mediksa menjadi kewajiban untuk dilaksanakan bagi setiap Umat Hindu yang telah mampu baik secara mental maupun spiritual, sehingga ia akan mampu meningkatkan kesucian dirinya baik lahir maupun bathin. Mediksa bisa disebut juga Madwijati.
Kata dwijati berasal dari bahasa sangsekerta, dwi artinya 2 dan jati berasal dari akar kata ja yang artinya lahir. Secara sederhana dapat dikatakan Upacara Mediksa adalah Upacara Lahir yang kedua kali. Lahir pertama dari kandungan ibu dan kelahiran kedua dari kaki Sang Guru Suci yang disebut Nabe, jadi Upacara Mediksa ini bermakna seseorang yang dilahirkan kembali untuk dijadikan pemimpin suci bagi umat Hindu.
Upacara
Mediksa memiliki tujuan mulia yaitu meningkatkan kesucian diri guna mencapai
kesempurnaan sebagai manusia. Tahapan demi tahapan harus dilaksanakan yaitu Upacara
Ngaturang Pejati dan berkunjung ke tempat Calon Adi Guru
(Nabe), Upacara Mepinton ke Tempat Calon Adi Guru, Upacara Sembah Pamitan,
Upacara Nuwur Adi Guru (Nabe) dan Diksa Pariksa. Yang menjadi Upacara inti Upacara
Mediksa adalah Upacara Amati Raga. Mesiram dan Upacara Mediksa dengan 16 rangkaiannya.
RANGKAIAN UPACARA MEDIKSA
Merupakan suatu kebahagiaan
yang luar biasa, umat Hindu di Provinsi Banten, hari kamis 23 Nopember 2017 akan melaksanakan Upacara Mediksa untuk sang Diksita Jero Mangku Gede Prof. Dr. I
Wayan Ardana, M.Pd, M.Fil.H. Upacara Mediksa adalah Upacara Rsi Yadnya yang
memiliki tujuan untuk menjadikan seorang Walaka (orang biasa) atau Jero Mangku
menjadi seorang Sulinggih (orang Suci).
Sabtu, 18 Nopember 2017
1. Upacara Ngaturang
Pejati dan berkunjung ke
tempat Calon Adi Guru (Nabe). Adi Guru (Nabe) adalah Guru Kerohanian
yang sangat dimuliakan oleh Oka Didharma (Wiku Sisia). Upacara yang mengawali
pada upacara Mediksa ini bermakna bahwa Calon Diksita mempermaklumkan dan mastika bahwa Upacara Mediksa akan
dilaksanakan dalam beberapa hari mendatang sesuai dengan hari dan dewasa yang telah ditetapkan.
2. Upacara Mepinton ke Tempat Calon Adi Guru. Mepinton artinya
melihat. Upacara Mepinton ini merupakan akhir bagi Calon Diksita untuk boleh
menatap wajah Calon Adi Guru (Nabe) karena setelah Mediksa Oka Didharma (Wiku
Sisia) sama sekali tidak boleh lagi melihat wajah Nabe nya. Makna dari Oka
Didharma (Wiku Sisia) tidak boleh melihat wajah Nabe nya karena
seorang Wiku Sisia
tidak boleh menentang ajaran Adi Guru (Nabe) “Tan yogia tulak ring Dang Guru “. Ini merupakan bentuk desiplin
bathin dari seorang Oka Didharma (Wiku Sisia) yang harus dilakukannya dan harus
mengikuti petunjuk Adi Guru.
Minggu, 19 Nopember 217
1.
Diksa
Pariksa. Diksa Pariksa merupakan rangkaian kegiatan Upacara
Mediksa. Kegiatan ini wajib dilaksanakan sebelum upacara Mediksa sesuai dengan
Pedoman Pelaksanaan Diksa Dwijati yang merupakan Bhisama Sabha Pandita PHDI
Pusat. Disebutkan dalam Bhisama bahwa “ Dalam
proses pelaksanan diksa dvijati Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat
berkewajiban memberikan dukungan administrasi dalam rangka diksa pariksa dan
rekomendasi setelah pelaksanaan diksa pariksa yang dipimpin oleh Guru Nabe atau
yang ditunjuk, serta menerbitkan sertifikat setelah ada pernyataan dari Guru
Nabe.”
2. Upacara Sembah Pamitan. Makna sembah
pamitan ini adalah pertama untuk membayar hutang sembah kepada kerabatnya dan
yang kedua bertujuan memohon restu untuk keselamatan setelah menjadi Sulinggih
nanti.
Rabu, 22 Nopember 2017
1. Upacara Nuwur Adi Guru (Nabe). Nuwur Adi Guru
(Nabe) ini merupakan upacara awal dari Upacara Diksita. Maknanya sebagai suatu
keharusan terhadap Adi Guru (Nabe) yang akan melaksanakan Diksita bagi calon
Diksita.
Kamis, 23 Nopember 2017
1.
Pukul : 04.00 WIB –
15.00 WIB
Upacara Amati Raga. Amati Raga
merupakan hal yang penting dalam proses upacara Diksita. Amati Raga bermakna
mematikan nafsu keduniawian atau Sadripu pada diri Calon Diksita dengan cara
Anyekung Sarira. Di dalam Anyekung Sarira Calon Diksita berlaku sebagai orang
mati yang kemudian secara simbolis akan
lahir untuk kedua kalinya dari kaki Adi Guru (Nabe) yang disebut Dwi Jati.
2.
Pukul : 15.00 WIB –
16.00 WIB
Mesiram. Dalam upacara
Mesiram ini Calon Diksita dimandikan oleh Wiku Saksi. Dalam Mesiram ini Calon
Diksita masih tetap bersikap Amati Raga dengan posisi Amusti Agrana-sika. Makna
dari pada Mesiram ini adalah untuk
melebur kekotoran yang disebut Dasa Mala yang melekat pada diri Calon Diksita.
Dengan telah dileburnya Dasa Mala maka Calon Diksita usai Diniksan akan menjadi
suci tanpa leteh melalui proses
Dwijati.
3.
Pukul : 16.00 WIB-
18.00 WIB
UPACARA
MEDIKSA
1.
Padanda
Nabe (Adi Guru) mulai Mapuja
2.
Calon
Diksita dihadapan Sanggar Agung (Sanggar Surya) Mabiakala dan kemudian Muspa
dipimpin oleh Adi Guru (Nabe).
3.
Calon
Diksita datang menghadap Adi Guru (Nabe) Muspa Nikel kemudian Matepung Tawar,
Masegawu dan Melukat.
4.
Calon
Diksita membersihkan kaki kiri Adi Guru (Nabe) dengan air dan digosok dengan
minyak dan air kumkuman.
5.
Adi
Guru (Nabe) memberi kekuatan gaib kepada Oka Didharma (Wiku Sisia) dengan cara
Anilat (menjilat) empuning jari kaki kiri Nabe.
6.
Adi
Guru (Nabe) Anapak Oka Didharma (Wiku Sisia) dengan cara Anuhun Pada yaitu kaki
kiri Adi Guru diinjakkan diatas ubun-ubun Wiku Sisia.
7.
Pemberian
Panca Korsika dengan cara pada ubun-ubun Wiku Sisia Kuncup Bunga Tunjung
dipotong oleh Adi Guru dengan gunting sebanyak lima kali.
8.
Selanjutnya
disambut dengan Kusa Pengaras yaitu Pras Tala berupa Tiga pohon alang-alang
(iderhakena ring sarira tiga kali) ditimpakan pada Bahu tiga kali dan pada
punggung (gigir) tiga kali.
9.
Diberi
Pungu-pungu iderhakena ring ubun-ubun Wiku Sisia sebanyak tiga kali.
10.
Dengan
mengambil masing-masing Seet Mingmang dan Kalpika sesuai warnanya dan cincin bermata
Mirah Adi Guru memotong rambut Wiku Sisia sebanyak lima kali yaitu Kalpika
Putih depan, Kalpika Merah kanan, Kalpika Hitam kiri, Kalpika Kuning belakang
dan Kalpika Berwarna tengah.
11.
Pangphadiyadi
yaitu Adi Guru (Nabe) memberikan Tirta Pawitra dari Siwambha kepada Wiku Sisia
juga Bhasma dan Sesarik.
12.
Wiku
Sisia menjungjung Sekah Suhun diatas ubun-ubun dan turun naik sebanyak tiga
kali.
13.
Wiku
Sisia diberi Penjaya-jaya oleh Adi Guru (Nabe) dengan Prana Bayu Murti Bhuwana.
14.
Wiku
Sisia atau Oka Didharma ngelungsur Wasuh Pada dari Sanghyang Widhi kemudian
Natab Banten Tataban dan diberi Tetebus.
15. Selesai Diksita Oka Didharma (Wiku Sisia) kembali sembah
Manikel kepada Adi Guru (Nabe) untuk Pamitan dan menerima Abhiseka (nama)
dari Nabe.
16. Nabe Guru mapaica pecatu dan teteken.
Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Sejenak Untuk Berkunjung ke SINAR BANTEN , Semoga Bisa Bermanfaat Untuk Umat Semua Dimanapun Berada .
www.hindubanten.com ConversionConversion EmoticonEmoticon