Sarasehan Serati Banten SEJABODEBABEK, (jakarta, Bogor, Depok, Banten, Bekasi) dilaksanakan pada Sabtu 12 Agustus 2017 di Pura Dharma
Sidhi-Ciledug dengan Tema
Filosofi Bebangkit dalam Upacara Hindu. Shri Danu Dharma Patapan (I Wayan
Sudarma); Ketua Bidang Kebudayaan dan Kearifan Lokal PHDI Pusat merupakan nara
sumber dalam sarasehan ini membawakan Materi dengan judul BANTEN BEBANGKIT
(KAJIAN STRUKTUR, TANDINGAN DAN MAKNA SIMBOLIK) .
Silakan Download Materinya Klik Disini
BANTEN
BEBANGKIT (KAJIAN STRUKTUR, TANDINGAN DAN MAKNA SIMBOLIK)
Oleh: Shri Danu Dharma Patapan (I Wayan Sudarma)
Tuhan Yang
Maha Esa menciptakan seluruh jagat-raya dan isinya, lalu Beliau memasuki setiap
ciptaan Beliau (Taittiriyopanishad), jadi alam semesta dan isinya bersifat
suci; sewaktu alam dan isinya di rusak atau dinodai, maka kesucian yang hadir
itu akan “sirna”, itulah yang tersirat dalam makna Sang Kala yang diwujudkan
sebagai Dhurga melalui banten Bebangkit, laksana sosok yang telanjang bulat
tanpa busana atau Digambara, demikianlah jika alam teraniaya.
Kata Kali
berasal dari kata Kala, sang waktu. beliau adalah inti kekuatan yang terkandung
di dalam sang waktu ini, yang dapat menghancurkan apa saja yang tidak abadi
termasuk seluruh jajaran dewa-dewi di suatu saat yang tepat. Jadi dewa-dewi
tidak bersifat abadi, beliau-beliau adalah petugas-petugas Yang Maha Esa
senantiasa akan abadi
Banten
Bebangkit yang didampingi Banten Pulogembal merupakan lambang energi positif
dan negatif. Alam ini memiliki dimensi positif dan dimensi negatif .Kalau
manusia memberikan kasih pada alam lingkungan untuk melakukan Bhuta Hita
seperti diajarkan dalam Sarasamuscaya 135: “Usahakanlah selalu kesejahteraan
makhluk hidup di semesta ini, karena hanya dengan tetap terpeliharanya
kesejahteraan dan kelangsungan hidup mereka itulah keberadaan dan keterjagaan
semesta ini tetap terjamin.”
Maka
alam itu akan memberikan dampak positif. Kalau hanya mengambil keuntungan saja
dari alam tanpa mau berkorban untuk menjaga kelestarianya maka alam itupun akan
menampakan wujudnya yang mengerikan dan inilah Dhurga. Alam dalam wujud yang
mengerikan inilah yang dilambangkan oleh Banten Bebangkit. Karena itu dimana
ada Banten Bebangkit disana pasti ada Banten Pulogembal dan Banten Sekar Taman.
Banten Pulogembal dewanya adalah Bhatara Gana, sedangkan Banten Sekar Taman
Dewanya adalah Dewa Smara dan Dewi Ratih. Dewa Smara dan Dewi Ratih adalah
Dewanya kasih sayang (Dewi Prema). Ini artinya alam yang dahsyat itu kalau di
kasihi oleh umat manusia maka ia akan menjadi positif.
Karena itu
setiap ada Banten Bebangkit ada juga Banten Puloembal. Sesungguhnya banyak
simbol-simbol dalam upacara Agama Hindu yang melukiskan keberadaan alam itu
sendiri sebagai wadah dari kehidupan umat manusia.
Demikianlah sekilas arti dan makna Banten Bebangkit
yang menjadi salah satu unsur yang sangat utama dalam mengamalkan ajaran Agama
Hindu di Bali dalam kehidupan sehari-hari.
Jadinya dengan sarana Banten atau Bali manusia
mendekatkan dirinya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam
ingkunganya. Kekuatan itu akan muncul apa bila manusia selalu menjaga ketiga
keharmonisan tersebut. Kekuatan berupa keharmonisan itu menjadi sumber untuk
membangun kehidupan yang berbahagia. Nampaknya dengan Banten inilah istilah
Bali lebih dikongkritkan dalam wujud Upakara yang disebut Banten itu.
Walau belakangan ini Upacara Agama Hindu dengan sarana
banten ini mengalami kemerosotan makna. Karena umumnyal kita belum begitu banyak
yang paham akan arti Upacara dengan Bebantenya itu. Hal ini menyebabkan
pemaknaan suatu Upacara Agama Hindu tidak berlanjut sampai pada aplikasi dalam
prilaku karena hanya mentok di tingkat Upacara semata.
Hal ini ditunjang oleh hasil penelitian Cliford Geert
seorang anthropolog Amerika Serikat yang meneiliti di Bali sekitar th
1967/1969. Salah satu hasil penelitianya adalah : Orang Bali (Hindu) sangat
sibuk dengan Upacara-Upacara Agama yang tidak dimengertinya. Hasil penelitain
ini tidak perlu membuat kita tersinggung. Namun yang penting artinya sebagai
kritik membangun semangat kita untuk mendalami arti dan makna dari Banten yang
dipakai dalam kehidupan beragama. Karena itu mari kita coba buktikan bahwa
dewasa ini hal itu tidak terbukti lagi.
Ini artinya buktikanlah dengan nyata bahwa Upacara itu
kita wujudkan dengan konsep yang benar dan sesuai dengan Sastranya. Upacara
Yadnya membangun keharmonisan yang dinamis dan benar-benar produktif untuk
memunculkan nilai-nilai spiritual dan material secara seimbang dan kontinyu
untuk mewujudkan hidup yang berkwalitas. Dan hari ini Serati Banten
Sejabodetabek sudah membuktikannya, dengan terus berusaha mengkaji kandungan
makna filosofi dari banten-banten yang ada. Selamat terobosan ini…..!!
Matur Suksma, semoga ulasan singkat ini bermanfaat bagi
peningkatan kualitas Sraddha dan Bhakti kita semua, khususnya terkait
Upakara/Banten. Manggalamastu
Om Santih Santih Santih Om
Silakan Download Materi Secara Lengkap Klik Disini
Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Sejenak Untuk Berkunjung ke SINAR BANTEN , Semoga Bisa Bermanfaat Untuk Umat Semua Dimanapun Berada .
www.hindubanten.com ConversionConversion EmoticonEmoticon