Pada
Ibadah dan Perayaan Paskah Persekutuan Gereja Gereja dan Lembaga Lembaga Injil
Indonesia Provinsi Banten di Pandeglang, tanggal 4 Mei 2018.
Yang
terhormat,
Pdt
Dr Freddy Soenyoto, M.Th
Ketua
Umum PGLII Banten
/Sekretaris
Umum PP PGLII
Ketua
MUI Banten, KH. AM Romly
Pembimas
Kristen Kanwil Kemenag Banten, Pdt. Jurit Sihombing
Ketua/Sekum
Musyawarah Pimpinan Gereja se Banten, Pdt Andreas Loanka
Para
Pendeta dan
Seluruh
umat Kristiani yang dikasihi
Syallom,
Salam
Sejahtera,
Ass
Wbr
Pertama-tama
kami menyampaikan terima kasih dan rasa hormat atas kepercayaan kepada kami
diundang hadir memberikan sambutan di tengah-tengah para Pimpinan Gereja dan
umat Kristiani. Ini suatu kehormatn bagi kami dan kami pun turut bersyukut
bahwa umat Kristiani yang berada di Provinsi Banten melalui PERSEKUTUAN GEREJA
GEREJA DAN LEMBAGA-LEMBAGA INJIL INDONESIA (PGLII) Provinsi Banten dapat
melaksanakan IBADAH PERAYAAN PASKAH PGLII SE-PROVINSI BANTEN DI YONIF 320/
Badak Putih Kabupaten Pandeglang pada hari ini.
Izinkan
kami mewakili umat Hindu di Banten menyampaikan SELAMAT MERAYAKAN PASKAH KEPADA
UMAT KRISTIANI.
Tema
Paskah yang menyatakan : Bangkitlah ! Menjadi Terang, merupakan ungkapan profetik dan dilandasi
semangat religiusitas dan spiritual kuasa kebangkitan Kristus yang ingin
mengedepankan kehidupan antar umat beragama yang harmonis dan santun serta
sebuah upaya dari hati nurani umat Kristen yang murni untuk berbuat kebaikan
kepada semua orang di Banten, dalam rangka bersama-sama dengan elemen bangsa
dan Tubuh Kristus lainnya membangun suatu peradaban yang disemangati oleh
nilai-nilai budaya lokal, kasih Kristus dan keberadaan masyarakat Indonesia
yang multi kultural dalam sebuah bingkai NKRI, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila
dan UUD 1945.
Kami
sangat gembira bahwa PGLII Banten pada hari ini mensosialisasikan dan
mengimplementasikan kesepakan Pemuka Agamdi Indonesia tentang Hasil Musyawarah
Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa, 8-10 Februari 2018.
Beberapa
point sangat penting dari kesepakatan tersebut adalah berhubungan dengan
pandangan dan sikap umat beragama tentang Indonesia yang ber Bhineka Tunggal
Ika (dalam ajaran Hindu disebut Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa).
Izinkan
kami turut mempertegas satu point kesepakatan dimaksud adalah : Pemuka Agama di
Indonesia meyakini bahwa ke Bhinnekaan adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa bagi
bangsa Indonesia. Inilah yang harus disyukuri dan dikelola sebagai kekuatan dan
keunggulan yang ber Bhinneka Tunggal Ika dalam bingkai NKRI.
Oleh
sebab itu, Pmuka Agama di Indonesia memandang perlu memperkuat sikap inklusif
demi keutuhan bangsa Indonesia yang majemuk. Selain itu, perlu dikembangkan
budaya kerjasama sehingga dapat hidup berdampingan secara damai, toleran dan
saling menghargai / menghormati satu sama lain.
Kami
sebagai Pemuka Agama Hindu, demikian juga Bapak-Ibu sebagai Pemuka Agama
Krsiten melalui ibadah Paskah ini telah menunjukkan berperan aktif mendorong
keluarga, masyarakat, pemerintah dan media massa dalam memberikan pendidikan
ke-Bhinneka-an kepada seluruh elemen bangsa melalui internalisasi nilai-nilai
ke-Bhinneka-an yang menjadi bagian dari pembangunan karakter bangsa.
Bapak
–Ibu yang kami kasihi,
Izinkan
pula kami menyampaikan mari kita bersama mengimplementasikan pernyataan sikap
Majelis Agama dan Pimpinan Ormas Islam Provinsi Banten di dalam mencermati
situasi dan kondisi masyarakat di Banten terkait penyebaran berita bohong (HOAX),
penganiayaan terhadap pemuka Agama, masalah LGBT, konsumsi miras, pornografi
dan pornoaksi yang berpotensi mengancam stabilitas, keamanan dan kedamaian
masyarakat di Provinsi Banten khususnya dan keutuhan NKRI pada umumnya.
Oleh
karena itu, inti dari pandangan dan sikap Agama-Agama di Indonesia tentang
Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi perhatian dan panduan bagi seluruh kita
bersama dan tentunya melalui Semangat Kebangkitan Paskah dapat mendorong
terwujudnya kerukunan hidup antar umat beragama di Pandeglang – Provinsi Banten.
Bapak-Ibu
yang dikasihi Tuhan,
Ajaran
cinta kasih penting dikumandangkan lagi dalam situasi hiruk pikuk politik
menyongsong Pilpres 2019 di negeri ini akibat berbagai kasus, isu dan
berkembangnya berita “HOAX” belakangan ini. Ada berbagai bentuk intoleransi
yang membawa-bawa nama ajaran Agama, atau disebut sebagai berkembangnya Politik
Identitas. Ada banyak kasus yang sesungguhnya sarat muatan politik tetapi mau
dibawa ke ranah agama. Ini tentu saja tidak sehat, karena ajaran agama adalah
soal moral yang pertanggungjawabannya lebih banyak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sementara
dunia politik dimanapun termasuk di negeri ini adalah lebih pada kekuasaan.
Cinta
kasih adalah konsep ajaran Hindu yang paling mendasar. Hidup saling sayang
menyayangi bukan saja ditujukan antar manusia tetapi juga menyayangi seluruh
kehidupan di bumi ini, termasuk menyayangi lingkungan.
Kami
menyebutnya dengan ajaran Tri Hita Karana, yaitu bagaimana menjaga keseimbangan
hubungan Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Manusia dan kita manusia dengan
lingkungan.
Bhagawan
Sri Sathya Narayana juga menyebutkan bahwa cinta kasih itu adalah inti dari
Atman, jiwa dalam raga manusia. Setiap orang adalah perwujudan dari cinta kasih
dan itu menjadi kekuatan yang membawa manusia hidup bersama-sama.
Karena
cinta kasih merupakan esensi dari Atman sesuai yang diajarkan dalam agama Hindu
maka menyayangi kehidupan berarti menjalankan ajaran agama. Dan itu harus
menjadi prilaku sehari-hari.
Cinta
kasih tak melulu hubungan antara manusia dengan Tuhan yang bersifat vertikal,
yang mengajarkan bahwa sejatinya kita adalah Atman yang merupakan percikan
Brahman atau Tuhan Yang Maha Esa. Namun juga hubungan horisontal antar manusia
dan antar mahluk hidup. Ada pesan dalam Weda yang patut direnungkan yaitu : Ahimsa
Paramo Dharma, Dharma Himsa Tathaiva Cha. Artinya melakukan tindakan yang jauh
dari kekerasan adalah Dharma yang tertinggi, demikian pula kekerasan bisa
dilakukan kalau keadaan memaksa sebagai tujuan menegakkan Dharma.
Tindakan
kekerasan harus dijauhi. Tak bisa kekerasan menyelesaikan persoalan. Perbedaan apa
pun baik itu berbeda suku, berbeda etnis, berbeda bahasa, berbeda pulau, tidak
patut dijadikan alasan untuk melakukan kekerasan.
Perbedaan
harus dicarikan titik temu.ada satu ungkapan yang banyak disebut dalam sastra
Weda bagaimana kita harus menyikapi perbedaan itu. Kalimat itu adalah
Vasudhaiwa Kutumbakam. Artinya adalah di dunia ini kita satu saudara. Begitu pentingnya
kalimat ini sampai ditulis diberbagai kitab, misalnya ditemukan dalam Pancha
Tantra 5.3.37, ada di Mahopanisad 6.70-73 dan Hitopadesha 1.3.71.
Jadi
cinta kasih memang harus ditebar setiap saat dan Pesan Paskah untuk saling
mengasihi. Puji Tuhan
Selamat
Paskah , Tuhan memberkati, Semoga damai Paskah selalu bersama kita.
Mohon
maaf kalau ada yang salah dalam penyampaian sambutan ini
Terima
kasih
God
Bless to You
Pandeglang,
4 Mei 2018
Terimakasih Sudah Meluangkan Waktu Sejenak Untuk Berkunjung ke SINAR BANTEN , Semoga Bisa Bermanfaat Untuk Umat Semua Dimanapun Berada .
www.hindubanten.com ConversionConversion EmoticonEmoticon